Aku bersiap-siap untuk berangkat ke bandara Juanda, Surabaya menuju Jakarta. Aku hanya membawa satu koper berisi baju saja, karena aku tidak mau membawa barang-barang terlalu banyak, dan berat. Kalaupun aku butuh, nanti tinggal beli saja di Jakarta, tempat perantauanku. Tapi Ibuku, selalu ingin membawakan segala macam keperluanku agar nanti di perantauan, aku tidak susah mencari dan tak perlu mengeluarkan uang untuk membelinya lagi. Tapi aku bersikeras untuk tidak membawanya, dan aku sudah memberi pemahaman dengan baik kepada Ibu.
Bu,barangnya yang mau dibawa sudah terlalu banyak, tidak usahlah Ibu membawakan semuanya ini. InsyaAllah, aku disana tidak akan kerepotan mencari barang kebutuhan nantinya. Insyallah juga, nanti aku akan sukses Bu. Kalau sudah sukses, mau barang apa aja asalkan halal, pasti aku akan beli dan jika Ibu mau pasti aku akan belikan Bu. Jangan khawatir ya, aku akan baik-baik saja. Ucapku pada Ibu.
Akhirnya, Ibuku luluh juga. Kulihat buliran air mata membendung di matanya. Aku tahu Ibu merasakan kesedihan akan kepergianku. Aku tahu Ibu sedih, tapi aku tidak boleh memperlihatkan kesedihan di depan Ibu, agar Ibu tidak bertambah sedih. Tiba-tiba Ibu memelukku erat dan keluarlah air matanya yang dari tadi disembunyikannya, lalu berkata,Iya Nak ibu mengerti, hati-hati di perantauan ya. Jangan lupakan Ibu sama Ayah beserta adik-adikmu. Ibu dan Ayah selalu mendoakan kamu jadi orang sukses dunia dan akhirat.
Aku mencoba menenangkan hati Ibu, Iya Ibu. Jangan sedih ya. Jangan khawatir.
Dari balik pintu,ayah masuk ke kamar dan mengampiriku, sambil berkata, “Nak, sebenarnya berat rasanya Ayah melepasmu ke Jakarta, jauh dari keluarga. Jakarta itu jauh,. Jakarta itu kota yang keras. Tapi Ayah ikhlaskan kepergianmu, Nak. Titilah karirmu disana dan semoga sukses dalam hidupmu disana.
Aku menjawab, Iya Ayah.
Kemudian ayah merangkulku dan berkata, Jangan pernah lupa apa yang Ayah nasehatkan kepadamu, yang paling utama adalah kerjakan shalat wajib 5 waktu. Jangan sampai lupa dan lalai ya. Dalam kondisi sesibuk apapun dirimu, kau tetap harus ingat sholat. Sholat itu tiang agama dan jalan menuju akherat. Yang kedua, jadilah orang sukses dalam hidup. Kamu adalah orang Madura. Orang Madura itu orang ulet. Kamu harus seperti orang Madura kebanyakan yang merantau dengan sukses dan berhasil. Ingatlah selalu pepatah ini “Asel ta’ adhina asal.
Aku dengan segera bertanya pada ayahku, Apa maksudnya pepatah itu yah?
Ayah melanjutkan perkataannya, Maksudnya, jika suatu saat kamu sukses, berhasil dan menjadi orang terhormat atau orang kaya, janganlah lupa asalmu dari mana. Jati dirimu siapa dan bagaimana dirimu saat dulu. Masih ingat kan kisah hidup ayah dan Ibu yang penuh dengan kesengsaraan dan kesempitan? Masih ingat kan apa yang kami berdua ceritakan kepadamu? Perjuangan Ayah dan Ibu melawan kemiskinan, hingga bisa berkecukupan seperti sekarang dan bisa menyekolahkan kamu dan adik-adikmu hingga kebangku kuliah. Jangan kau lupakan itu ya.
Ayah kemudian melanjutkan perkataannya, Nanti jika sukses, Jangan bersikap sombong dan tinggi hati. Tetaplah bersahaja dan rendah hati. Jika kamu tetap ingin sukses terus, bersedekahlah dalam kondisi bagaimanapun dirimu. Karena sebagian hartamu adalah untuk orang yang berhak menerimanya dan apa yang kau sedekahkan itulah rezekimu dan hartamu yang sebenarnya.
Aku menjawab, Iya Ayah, InsyaAllah aku akan menjaga amanah Ayah dan Ibu dengan baik. Dan insyaallah aku akan menjadi orang yang selalu ingat akan pepatah” Asel tak adhina asal itu. Doakan aku sealu ya Ayah. Tegurlah aku jika aku salah atau lupa.
Lalu, Ayah menepuk bahuku dan berkata, Nah gitu dong… Ayah dari dulu selalu diajarkan begitu oleh orang tua ayah. Maka dari itu, ayah juga mengajarkannya padamu. Ayah tidak ingin kamu nantinya lupa daratan ketika sukses diperantauan. Kalau sudah begini, ayah merasa tenang. Jangan lupa pula, selalu berkomunikasi dengan Ayah, ibu dan adik-adikmu. Mudah-mudahan kamu selamat dunia akhirat.
Iya, Ayah. Terima kasih. Sudah waktunya aku berangkat, takut ketinggalan pesawat. Ayah, ibu, adik-adikku, aku pamit dulu ya. Assalamualaikum. Ucapku sambil pergi meninggalkan keluargaku.
Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, jawab ayah, Ibu dan adik-adikku serentak.
Kami saling melambaikan tangan, aku pergi dan mereka melepaskan kepergianku dan tak terasa air mataku mengalir meninggalkan keluargaku demi sebuah cita-cita kesuksesan yang ingin aku raih dan nantinya akan kuberikan sebagai kebanggaan untuk orang tua dan saudaraku.
Seperti kita contohkan dalam cerita di atas, bahwa Asel ta’ adhina asal adalah ungkapan bahasa Madura yang cukup dijadikan pengingat bagi orang Madura yang suka merantau. Budaya merantau adalah budaya orang Madura. Tidak hanya di Pulau Jawa saja orang Madura merantau bahkan ke seluruh Nusantara, baik Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, dan lainnya. Budaya inilah yang menjadikan orang Madura banyak dikenal di seluruh Indonesia. Rata-rata sebagian besar dari mereka yang merantau menjadi orang yang sukses di kota tempat mereka rantaui, karena sifat utama dari Orang Madura adalah selalu bekerja keras dan ulet dalam segala hal termasuk pekerjaan. Dan kebanyakan dari mereka, tak pernah lupa dari asal-muasal keberadaannya. Tak pernah lupa untuk bersikap rendah hati dan selalu memberi kepada orang yang membutuhkan. Karena kesuksesan dan kekayaan kita tiadalah artinya, bila terlalu kita banggakan dengan sombong. Tak ada artinya pula, bila kekayaan kita hanya dimilki sendiri, tanpa harus berbagi dengan orang lain. Bersahajalah selalu dalam berbagai keadaan diri. Ingatlah siapa diri kita, dari mana dan oleh siapa kita diciptakan. Karena semuanya yang kita dapatkan, yang kita peroleh, nantinya di akherat akan kembali kepada-Nya, Allah SWT. tak sepatutnyalah kita membangga-banggakan diri dengan segala kesuksesan yang kita raih di dunia yang fana ini.
Mudah-mudahan pepatah ini tidak hanya berlaku bagi Orang Madura saja, tapi juga berlaku dan dibudayakan oleh semua suku di Nusantara. Sehingga apa yang kita contohkan dan terapkan sejak awal, akan menular dan menjadi pewaris keturunan kita nantinya. Jika budaya ini diterapkan, Insyallah kehidupan kita akan selalu penuh rasa syukur, tenteram dan damai.
Tulisan ini disertakan dalam Kontes Sadar Hati-Bahasa Daerah harus Diminati